Ramadhan kali ini adalah Ramadhan yang sangat berbeda bagi saya. Kenapa? Karena hampir setiap Ramadhan 6 tahun terakhir saya diberi kesempatan sama Alloh untuk melanglang buana di sekitar Malang Raya dalam gegap gempitanya Ramadhan, entah Ngabuburit, entah mengisi pondok Romadhon, atau juga Taklim Singkat di acara anak-anak. Namun, agaknya tahun ini Alloh menginginkan saya untuk belajar kembali, memperdalam pengetahuan dengan tawaran mengisi kulWAP yang diselenggarakan oleh Yayasan Langkah Insan Cendikia. 

Menjadi istimewa karena ini adalah KulWAP pertama yang menghadirkan saya sebagai narasumbernya dalam Ramadhan kali ini. Alhamdulillah, masih bisa berbagi sekalipun dengan keterbatasan yang saya miliki. Materi ini saya siapkan setelah sahur dengan posisi masih nggeliyeng karena 2 hari saya tak bisa 100% beraktivitas, ya kondisi badan kurang sehat, sepertinya menjelang flu. Maka inilah materi KulWAP yang dimoderatori Ustadzah Sri Wulandari, S.Pd selaku Kepala Sekolah PAUD Langkah Gemilang.

Memberi Nasihat dengan Cerita

Pertama-tama mari kita mulai dengan bacaan basmalah dan suratul fatihah, harapannya apa yang kita bahas pagi ini akan membawakan keberkahan tersendiri buat kita semua.

Yang kedua semoga sholawat serta salam senantiasa kita lantunkan untuk uswah hasanah kita, Rosululloh SAW.

Yang ketiga saya ucapkan salam hormat pada Njenengan semua, terimakasih sudah bergabung di grup ini untuk belajar Bersama saya, untuk itu saya mohon ijin berbagi sesuai dengan kemampuan saya yang tak seberapa, semata menunaikan amanah untuk berbagi cerita pada Njenengan semua.

Bismillahirrohmanirrohiiim

عَÙ†ْ تَÙ…ِيمٍ الدَّارِÙŠِّ Ø£َÙ†َّ النَّبِÙŠَّ صَÙ„َّÙ‰ اللَّÙ‡ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ Ù‚َالَ الدِّينُ النَّصِيحَØ©ُ Ù‚ُÙ„ْÙ†َا Ù„ِÙ…َÙ†ْ Ù‚َالَ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ ÙˆَÙ„ِÙƒِتَابِÙ‡ِ ÙˆَÙ„ِرَسُولِÙ‡ِ ÙˆَÙ„ِØ£َئِÙ…َّØ©ِ الْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ِينَ ÙˆَعَامَّتِÙ‡ِÙ…ْ

Artinya: Dari Tamim ad-dari bahwa Nabi SAW bersabda:” ad-Din adalah nasihat”. Kami berkata untuk siapa? Rasul menjawab:” Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, untuk pemimpin Islam dan umatnya” (HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai’i)


Makna Nasihat

Nasihat secara bahasa dari kata ‘nash’ yang berarti halus, bersih atau murni, lawan dari curang atau kotor. Sehingga jika nasihat tersebut dalam bentuk ucapan harus jauh dari kecurangan dan motivasi kotor. Sedangkan secara istilah, sebuah kata yang mengungkapkan kemauan berbuat baik kepada obyek yang diberi nasihat. Berkata Ibnu Shalah: Nasihat adalah kata-kata yang mencakup aktivitas seorang nasih kepada yang diberi nasihat dalam bentuk iradah (tekad) dan perbuatan. Disebutkan ‘nashaha tsaub’ artinya menjahit baju, seolah orang memberi nasihat seperti orang yang menjahit lubang-lubang yang ada baju.

“Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya ‘Untuk siapa?’

Beliau menjawab ‘Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya.” (HR. Muslim, no. 55).

Namun menyampaikan nasehat tidak boleh serampangan dan sembarangan. Ada adab-adab yang perlu diperhatikan ketika menyampai nasehat kepada orang lain, antara lain:

1. Niat Ikhlas

Siapapun akan sepakat bahwa keikhlasan hanya bisa tumbuh dari hati yang bersih, maka kita juga sepakat sesuatu yang berawal dari hati akan sampai ke hati, Insyaalloh

2. Menasehati dengan cara yang benar sesuai syariat

Dalam hadits dari Abu Sa’id Al Khudhri radhiallahu’anhu, Nabi SAW memberikan tingkatan urutan dalam mengingkari kemungkaran. Beliau SAW bersabda, “Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, no.49).

Hadits ini menunjukkan bahwa ketika tidak kemampuan untuk mengingkari dengan tangan maka tidak boleh nekat tetap melakukan pengingkaran dengan tangan, walaupun niatnya baik. Namun berpindah kepada cara selanjutnya yaitu mengingkari dengan lisan. Ini mengisyaratkan wajibnya mengikuti tuntunan syariat dalam ingkarul mungkar dan juga dalam nasehat.

3. Menggunakan Kata-Kata yang Baik

Nabi bersabda:

 Ø§Ù„ْÙƒَÙ„ِÙ…َØ©ُ الطَّÙŠِّبَØ©ُ صَدَÙ‚َØ©ٌ

“Kata-kata yang baik adalah sedekah.”

4. Tabayun

Ketika akan memberikan nasehat kepada orang lain, kita tak boleh mendasarkan pada kabar yang tidak jelas dan simpang-siur. Karena kabar yang tidak jelas atau simpang siur bukanlah ilmu dan bukanlah informasi sama sekali. Orang yang menyampaikannya disebut orang yang melakukan kebodohan. Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. Al-Hujurat: 6).

Maka hendaknya cek dan ricek, klarifikasi dan konfirmasi, sebelum beranjak untuk memberikan nasehat.

5. Jangan Suudzon

Hendaknya kita mencari kemungkinan-kemungkinan baik bagi saudara kita sesama Muslim, selama masih memungkinkan. Muhammad bin Manazil rahimahullah berkata,

“Seorang mu’min itu mencari udzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.10437)

6. Jangan Memaksa Nasihat diterima

Ibnu Hazm Al Andalusi rahimahullah mengatakan, “Jangan engkau menasehati orang dengan mempersyaratkan harus diterima nasehat tersebut darimu, jika engkau melakukan perbuatan berlebihan yang demikian, maka engkau adalah orang yang zalim bukan orang yang menasehati. Engkau juga orang yang menuntut ketaatan bak seorang raja, bukan orang yang ingin menunaikan amanah kebenaran dan persaudaraan. Yang demikian juga bukanlah perlakuan orang berakal dan bukan perilaku kedermawanan, namun bagaikan perlakuan penguasa kepada rakyatnya atau majikan kepada budaknya.” (Al Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus, 45).

Dan memberi nasehat adalah amalan shalih, ia akan diganjar pahala walaupun nasehat tidak diterima.

7.   Jangan Menasehati di muka umum

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti.” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56)

8.  Jangan Melakukan Tahrisy (Hal-hal yang memancing pertengkaran dua belah pihak)

Ketika berusaha memberikan nasehat jangan melakukan Tahrisy. Apa itu tahrisy? Ibnu Atsir rahimahullah mengatakan, “Tahrisy adalah memancing pertengkaran antara orang-orang satu sama lain.” (Jami’ Al Ushul, 2/754).

9.   Mempersiapkan kondisi psikis orang yang mau dinasehati sebelum nasehat disampaikan.

Logikanya, dalam menasehati, kita sedang bersinggungan dengan hati, jiwa dan psikis mereka, bukan dengan fisiknya. Sehingga, hati dan jiwa tersebut harus diberikan stimulus terlebih dahulu agar siap menerima nasehat yang akan disampaikan.

Nah, membaca uraian yang sangat Panjang diatas, maka apa hubungannya dengan cerita?

Saya bicara dari pengalaman sebagai praktisi story teller (Juru Cerita / Juru Kisah / Pendongeng) yang tanpa sadar mengawali masuk dunia bercerita di tahun 1997.

Pertengahan tahun 1997 adalah awal tahun ajaran baru yang sangat menyenangkan, karena saya diterima di Fakultas Teknologi Pertanian Brawijaya, sangat tak nyambung (kelihatannya) dengan dunia yang saya geluti saat ini. Namun, disinilah Alloh menumbuhkan kecintaan bercerita itu berawal.

Bergabung dalam Forum Kajian Keislaman Teknologi Pertanian (FORKITA) membuat saya mendapatkan tugas mengajar di TPQ pinggir sungai Brantas. Berjumpalah saya dengan anak-anak yang Bahasa sehari-harinya kata-kata yang kurang pantas didengarkan oleh telinga, tak ada kemampuan saya untuk mengubahnya selain memandang mereka dengan iba dan mendoakan mereka.

Namun, kesukaan saya membaca buku memantik sebuah ide untuk membawa buku cerita dan membacakan untuk mereka. Niat awal saya hanya ingin melihat mereka lebih tertib saat mengantri untuk membaca IQRA mereka di depan ustadzah. Terobosan yang luar biasa, mereka mendengarkan saya membaca buku cerita itu. Bahkan setiap kali datang saya akan ditagih untuk membacakan cerita baru untuk mereka.

Terkadang, saya lupa membawa buku, namun tagihan mereka untuk mendengar cerita saya akhirnya membuat saya nekad mengarang beberapa cerita, macam Pinokio Digigit Lebah (ide cerita dari Pinokio yang suka bohong, kalau di dongeng hidung pinokio panjang secara otomatis, lalu saya tambahkan sebab kenapa hidung pinokio? Digigit lebah itu cukup nyata alasannya, hehehe!). Intinya saat itu saya ingin anak-anak mengenal bahwa hidup ini selalu dipebuhi oleh hukum sebab akibat.

Dari sini ada yang bisa menganalisis dengan 9 adab yang saya sampaikan?

Di Desa, saya juga mengawali langkah yang sama, musholla yang sepi saya bawakan sebuah kisah jelang maghrib sampai waktunya muadzin mengumandangkan adzan. Satu persatu anak-anak hadir, akhirnya ada puluhan anak yang menyukai cerita saya.

Apakah itu sudah dikatakan berhasil? Belum! Dimana nilai nasehatnya?

Pada dasarnya setiap hal baik yang kita sampaikan kepada orang lain adalah nasehat, entah untuk kita ataupun untuk mereka. Kita memberi nasehat karena kita peduli, karena kita mencintai mereka juga diri kita sendiri. Maka nasehat adalah bentuk cinta yang menjaga kita untuk tetap baik. Maka saat saya akhirnya memilih untuk terjun bebas ke dunia dakwah kisah bagi anak antara lain karena:

1. Keringnya nilai keimanan di dunia anak-anak

2. Kurangnya tokoh teladan yang baik dan nyata

3. Kurangnya sosialisasi kisah dengan Bahasa lisan yang menarik bagi anak-anak

Kita akan sangat mudah sekali mencari referensi dongeng anak tentang apa saja, namun sedikit kesulitan saat mencari kisah atau cerita berkarakter untuk anak. Maka jawabannya adalah kita harus banyak membaca dan menyampaikan.

Pada satu masa saya pernah ketemu seorang anak yang saat saya tanya, "Siapakah Tuhanmu?" dan dia menjawab, "Setan!" saya ndelomong, "Tuhan ada berapa?" lagi- lagi dia menjawab, "Tiga!" dan jawaban itu dianggap lucu, apakah itu lucu?

Sama sekali tidak, peristiwa itu semakin meneguhkan saya untuk memilih dunia bercerita/kisah. Saya mencoba meluruskannya namun dia tertawa dan terus tertawa.

Hal-hal yang salah namun dianggap lucu kemudian dibiarkan akhirnya dianggap boleh dilestarikan. Semestinya ada cara untuk mendudukkannya dengan benar dan tepat.

Lantas Dimana Relevansi Bercerita dan Nasehat?

Contoh 1

Karena saya bergelut di dunia PAUD sehari-hari, saat anak menangis seringkali kita menenangkan dengan banyak cara, namun jarang yang mau memakai cara baru yang seperti saya lakukan, hehehe!

Apakah cara Bu guru salah? Tentu tidak, karena situasi kondisi yang mengharuskannya memilih demikian, “Cup sayang…, jangan menangis, cuuup….”

Alhamdulillah, bertahun-tahun saya memakai cara yang kurang lebih sama dengan modifikasi disesuaikan situasi dan kondisi masing-masing tahun ajaran, saya akan mulai menangis di depan anak-anak sampai mereka yang menangis diam. Kemudian saya hantarkan sebuah cerita tentang seorang anak yang merasa takut sekolah karena ditinggal ibunya, dan belum memiliki teman baru, namun setelah beberapa waktu ia mengenal teman baru dan senang sekolah.

Ada yang melihat relevansinya antara cerita dan nasehat?

Contoh 2

Ada 2 orang anak yang sedang berkelahi sampai salah satu menangis. Seperti biasanya kita akan memisahkan mereka dari teman-temannya, dengan kata lain mengamankannya. Nah, saat anak kembali tenang dan kembali bergabung di kelas, maka saya akan hantarkan sebuah cerita tentang dua orang teman yang berkelahi dan saling menyadari kesalahannya, sehingga saling meminta maaf.

Ada yang melihat relevansinya antara cerita dan nasehat?

Contoh 3

Suatu ketika saya diminta mengisi sebuah taklim anak dengan titipan kalimat, “Kami ingin anak-anak memiliki cita-cita tinggi dan semangat juang pantang menyerah….”

Maka saya hadirkan kisah Alfatih, Salahudin Al Ayubi, dan masih banyak tokoh muslim lainnya.

Ada yang melihat relevansinya antara cerita dan nasehat?

Bagi saya konsep Quantum Teaching dengan kalimat “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.” Sangat membekas. Maka menjadi pilihan yang bijak saat kita menghadirkan kisah pahlawan nyata yang jelas sumbernya. 

Saya tak suka teriakan, saya tak suka kata-kata yang menghardik dan kasar, saya sangat menyukai bahasa kiasan. Seperti Alloh mengajari kita dengan sekian banyak ayatnya dengan kiasan agar kita menjadi umat yang mempergunakan akal, dan juga menjadi orang yang berfikir, bahkan menjadi orang yang ‘alim (mengetahui). Dan, masih banyak lagi sebutan lainnya. Itu semua karena Alloh sayang.

Maka, mari kita mulai menceritakan hal baik di sekitar kita, hal-hal sederhana yang menginspirasi siapa saja yang membaca tulisan kita. Terimakasih FLP (KakMora79).


#inspirasiramadan #dirumahsaja #flpsurabaya #kakmora #KasihKisahDiRumah

Sumber bacaan:

http://www.dakwatuna.com/2011/10/27/15857/tentang-hadits-agama-adalah-nasihat/#ixzz6L8xn5uEt

https://www.islampos.com/ketika-beri-nasihat-pada-orang-lain-perhatikan-8-hal-ini-168266/

https://asysyariah.com/bertutur-kata-yang-baik-dan-berkata-manis/

https://annur2.net/metode-nabi-dalam-menasehati/