Menulis bersama sisa-sisa tenaga menuju pukul 24 😅.



Sesudah berbuka, saya masuk kamar dan membaca, juga pengaruh obat mulai menyerang, sekuat apapun bertahan saya pun memejamkan mata. Sebelum tertidur saya mensugesti diri dengan doa, "Ya Alloh..., ijinkan saya terbangun setengah jam kemudian...."

"Assalamu'alaikum...."
Masih sempat kulihat suamiku pulang dari masjid sebelum mataku benar-benar terpejam.

Ternyata, bukan setengah jam tertidur, saat terbangun terdengar piring dan sendok beradu, yang terbayang adalah, "Wah, Ayah sudah sahur, lewat sudah kesempatanku menulis hari ini...."

Keluar kamar melihat jam dinding, Alhamdulillah jarum jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Kesadaran yang belum paripurna, pusing masih menyerang meski tak separah kemarin-kemarin. Maka duduklah sebentar memainkan game andalan, haha! Township!

Setelah mata menyala terang, baru membuka blog dan kembali dengan kebingungan, saya menulis apa hari ini.

Teringatlah dialog-dialog dengan diri sendiri yang berlompatan keluar dari ingatan.

Saya anak ketiga dari tujuh bersaudara. Namun sekalipun anak ketiga saya memiliki tugas sebagai anak perempuan tertua. Dengan 3 adik yang masih kecil-kecil (karena adik yang ke-6 meninggal di usia 28 hari), maka tugas momong adik menjadi tugas tambahan tak tertulis.

Mungkin disini sebenarnya bakat mengajar itu mulai tumbuh. Saya sering berperan menjadi guru, juga menjaga adik-adik sepanjang permainan.

Namun entah, saya adalah anak pemalu dan tertutup, saya selalu mengambil peran di belakang layar, agaknya kalimat, "Kakak harus banyak mengalah sama adiknya...." cukup meracuni saya, hehehe!

Pendiam, pemalu, tertutup, cenderung inferior. Maka masa kecil saya belum cukup menarik untuk saya ceritakan. Hehehe....

Bahkan saat SMA pun semua sifat diatas melekat cukup erat. Namun, herannya kok sempat-sempatnya saya menyandang amanah pradani. Tau, kan kalian pradani itu apa? Pradani itu pasangannya Pradana. Yang memegang tampuk pimpinan Dewan Ambalan Pramuka SMA Negeri Lawang. Nah, saya punya pengalaman cukup seru kalau di masa-masa ini. Kisah kasih yang cukup rumit dan berakhir pahit. Hihihi....

Saat kuliah? Masih juga rasa malu itu ada, namun mewujud beda, saya mulai benar-benar berhijrah. Memakai penutup kepala meski sholat masih suka bolong dan telat. Mulai rutin ngaji meski malas seringkali menguji diri sendiri. Dan masih banyak cerita menarik yang sebagian saya tuang dalam novel saya, "Ketika Cinta Tak Harus Memilih."

Ada pembaca yang bertanya, "Bun, apakah itu kisah pribadinya?" Maka saya jawab, "Antara iya dan tidak. Karena 50% kisah nyata, 50% lagi imajinatif."

Saya ini mau cerita apa ya? 😅

Nah, waktu kuliah ini "perjalanan" mencari jati diri saya dimulai....

Jadi ingat perjalanan ke barat yang dilakukan sun go kong, hehehe.

Ya, everybody has their own story, maka saya pun punya cerita dalam hidup saya, naik turun, suka duka, persahabatan, pengkhianatan dan kesetiaan, dan mulai menemukan simpul kebahagiaan.

Setiap kesulitan pasti disertakan kemudahan. Dan bersama kemudahan ada kesulitan yang disertakan pula. Maka rangkaian cerita itu telah menyampaikan saya disini.

Kadang dialog-dialog kosong seperti malam ini, hanya untuk kembali memaknai betapa berharganya perjalanan hidup yang saya lalui, sehingga membuat saya tetap mensyukuri nikmat yang diberikan hingga detik ini.

Menutup malam dengan doa "Bismikallohumma amutu wa ahya...."

#inspirasiramadan #dirumahdaja #flpsurabaya