Screenshot E-Learning Madrasah

Saya tidak tahu apa yang terjadi saat buka chat WA yang masuk dan sudah banyak yang memanggil-manggil, "Ayo Singosari, pertemuan segera dimulai...."

Beruntung memiliki wakil yang cekatan saat saya tak menyimak grup. Saya persilahkan wakil ketua PC IGRA Singosari yang masuk dalam pertemuan di aplikasi zoom.

Ternyata, "Bu Mora, zoom gak kedengaran apa-apa, saya bingung. Njenengan mawon yang masuk...."

Saya masih separo nyawa, karena saya baru saja terbangun dari tidur karena pengaruh obat yang saya minum.

Masuklah saya ke zoom meeting, tak berani menampakkan wajah yang berkilau karena kusut masai.

Sapaan khas dari Pak Kasie Pendma memberikan pengantar kenapa kami harus rapat saat itu juga. Ya, sekali lagi pandemi korona ini mengajak semua lini untuk berinovasi dalam pembelajaran. Sekolah rumah memaksa kita semua melakukan e-learning dengan ragam strateginya dengan ragam permasalahannya.

Maka beliau menghimbau semua madrasah dibawah binaan kementrian agama agar dapat menggunakan aplikasi yang disediakan oleh kementrian agama.

Semua lini pendidikan, termasuk RA sudah harus mulai berkenalan dan jika bisa mengaplikasikan untuk pembelajaran di lembaga.

U w o w! Pembelajar sepanjang hayat harus disematkan pada guru RA. Kemampuan IT yang harus terus diasah, baru kemarin kenal anroid dan WA, baru kemarin rajin beli kuota data, sekarang harus mulai belajar membangun lembaga dan kelas-kelas virtualnya secara online.

Manggut-manggut karena yang berbicara adalah para kakak MI, Mts, dan MA yang sudah menggunakan begitu e-learning dilaunching.

RA masih celingak celinguk menunggu pencerahan berikutnya agar pahan seperti apa e-learning itu.

Hmmm.... Apa yang saya tulis murni apa yang saya rasa, bisa jadi ada teman-teman RA lain yang sudah mencoba dan bisa, bahkan mumpuni mengoperasikan lembaga virtual yang dikelolanya. Apapun itu, kami siap belajar kembali. Semangat ✊ Allohu Akbar ✊

Nah, setelah pertemuan tadi sedianya saya ingin menulis, lha kok badan kembali loyo saya pun menghilang di dunia mimpi kembali. 

Akhirnya sebentar saya meluncur ke alamat yang dimaksud
https://madrasah3.kemenag.go.id/elearning/

Memang, begitu pandemi korona memasuki pekan ketiga, peluncuran e-learning ini masive dilakukan. Dan lembaga madrasah di jenjang pendidikan MI, Mts, dan MA langsung menindaklanjuti untuk login dan segera membangun lembaga virtualnya. Kita yang RA masih merasa pembelajaran kita sederhana, maka kami tak wajib mengaksesnya, hehehe....

Saya yang tukang penasaran saja mencukupkan diri hanya melihat tampilan luar, karena sekali ngutek serasa harus sampai selesai mengerjakannya. Dan parahnya, merasa belum perlu 🤭. Bagaimana Indonesia mau maju jika begitu, ya? 😅

E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27).

Nah, kalau anak RA apa mereka mampu melakukan tanpa pendampingan orangtua mereka. Saat pendampingan apa orangtua mereka bakal paham terutama yang di desa. Bahkan suatu ketika walimurid saya berkata, "Saya gak bisa buka WA Bu. Yang bisa ya Salma...."

Salma itu siswa kelompok B yang harusnya lulus tahun ini.

Atau juga saat kami meminta dikirimi video, "Anak saya yang ngajari bagaimana kirim video di grup 😅."

Bahkan ada pertanyaan seorang teman, "Bu, murid saya 40, yang punya WA cuma 9 orang, bagaimana pembelajaran kami berjalan?"

Ingatan saya melayang ke lembaganya yang berada di desa terpencil. 

"Disiasati saja, sepekan sekali berikan tugas yang harus diambil walimurid sambil mengumpulkan tugas yang sudah selesai."

Alhamdulillah berjalan tanpa keluhan berarti, kecuali keluhan bosan dari kita semua. Eh, justru yang terlihat sepele itu ya yang menjadi tantangan. Maka bagaimana membuat pembelajaran menarik yang dilakukan bersama orangtua tanpa membuat mereka (orangtua dan anak) merasa dipaksa dan terpaksa melakukannya.

Mungkin saja saya masih bermain dengan persepsi saya, mungkin saja bahkan anak-anak lebih siap dari gurunya untuk melakukan pembelajaran daring sesuai tuntutan zamannya.

Apapun itu, saya harus belajar kembali agar tak gagap membaca perkembangan zaman. Harus!

Terimakasih FLP, karena 20 hari menulis saya tetap menuliskan yang saya rasa tanpa harus menuliskan yang berat-berat. Nanti saja kalau sudah sehat, aamiiin yaa robbal 'aalamiiin...

#inspirasiramadan #dirumahsaja #flpsurabaya