Mom? Kata yang sangat akrab di telinga kita, hampir setiap manusia –yang terlahir ke dunia- mengenal satu kata ini, meski berbeda dalam penyebutan akan tetapi memiliki artikulasi yang sama, semisal Emak, Biyung, Bunda, Mama, Mami, Umi, Ibu, dll, lsp, etc.
Lantas? –adalah- Menjadi rahasia umum jika sebagian saja yang mampu menikmati peran sebagai Ibu secara sempurna, maka adalah –menjadi- kewajiban bagi kita –wanita- untuk memahamkan fungsi komprehensip seorang Ibu yang ber-Dinnulloh. Dengan demikian bukan tidak mungkin tercipta generasi Qur’ani yang senantiasa mencintai Alloh dan mengamalkannya dalam kehidupan nyata sebagaimana Rosululloh memberi Khudwah.
Caranya? Ada begitu banyak buku yang mengulas bagaimana menciptakan generasi saleh seperti, Mendidik Buah Hati Dengan Cinta, Melejitkan Potensi Anak, Metode Pendidikan Anak Muslim usia Pra Sekolah, dan masih banyak lagi. Akan tetapi adalah satu hal yang saya tawarkan untuk membicarakan peran Ibu secara seimbang dengan memberikan contoh-contoh kasus yang berada di sekitar kita, bagaimana efek negatif dan positif bekerja secara optimal terhadap perkembangan jiwa anak-anak kita, khususnya buat Mom sebagai individu.
Sejak awal kuliah, ada singgungan jiwa yang membetik sangat rapat, betapa saya memerlukan ‘Ibu’ bagi jiwa saya yang mulai merindu pada ‘sesuatu’ diluar diri saya. Dan betapa sulit mengkomunikasikan dengan dunia luar apa yang menjadi keinginan dan juga perasaan saya, mengendap, terus mengendap sehingga, saat air tak lagi keruh, ada telaga bening yang mengajak saya melihat dasar kolam yang penuh dengan batu, akan tetapi begitu banyak keindahan di dalamnya, maka mulailah saya mengumpulkan perca – perca semangat, bagaimana saya bisa berbuat sesuatu dan memberi kemanfa’atan atas sesuatu itu, khususnya buat saya -kelak- jika Alloh menitipi amanah yang jelas tak mudah.
Dalam satu perjalanan, saya berjumpa dengan seseorang yang melontarkan satu pernyataan bernada tanya, “Mba’ Dewi tau perbedaan wanita dan perempuan?”
Saya tercenung saat tanya itu terlontar, syaraf-syaraf pemikiran mulai bekerja, apa beda wanita dan perempuan? Sekilas senyum permakluman muncul, saya tertunduk malu, ada apa denganku? Pertanyaan-pertanyaan sederhana itu seringkali menohok kita, hanya saja kita buta, hanya saja kita tuli, dan hanya saja kita tak mau mengakui bahwa ego kita-lah yang ingin menang sendiri.
Semoga tulisan ini membawa secercah kesadaran buat siapapun yang membacanya dan juga memberikan inspirasi bagaimana menjadi Ibu ideal buat anak – anak kita dengan ragam pribadi dan permasalahannya.
Ibunda adalah awal segala-NYA…. Tuhanku, mampukan aku menjadi Ibunda yang akan menunjukkan jalan pada-Mu buat anak – anakku, sekarang, nanti, dan esok lusa, amin!
Tetes
Keringatmu adalah darah bagiku….
Bunda….
Kau tersebut
dalam setiap nafas do’a
Kau menyembul
dalam ingat antara ada dan tiada
Tetes keringatmu
mengalir satu demi satu
(Ketika) Mengandungku
Melahirkanku
Membahagiakanku
Ah, Bunda….
Kulihat engkau
semakin renta
Wajah keriputmu
telah bercerita tentang banyak peristiwa
Uban2
putih di kepalamu menyiratkan betapa engkau begitu piawai mengayuh biduk
perahumu dibawa kemana?
Bunda….
Aku ingat, pun
takkan pernah terlupa
Tetes keringat
yang membanjir saat kau meregang nyawa (demiku, untuk melahirkanku), namun kau
bahagia
Tetes keringatmu
jatuh satu demi satu seiring kau merawat, membesarkan, mendidik, serta
mengarahkanku
Bunda….
Kini aku telah
dewasa
Aku sadar
sepenuhnya, “tetes keringatmu adalah darah bagiku”
Namun demikian,
Ajari aku untuk
menghormatimu, menyayangimu, dan merawatmu dengan cinta
Meski aku tahu
cintaku padamu masih lebih kecil dari cintamu padaku
Bunda kau tersebut
dalam setiap nafas do’a
Akhirnya, saya menikmati masakan Mama, dan baru merasakan nikmatnya makan semenjak rasa sakit bersemayam. Saya takkan menyerah dengan mudah apapun alasannya. Lahumul fatihah....
#inspirasiramadan #dirumahsaja #flpsurabaya #kakmoraberkisah
0 Komentar