Menulis bagi saya adalah salah
satu cara refreshing, karena begitu selesai menulis muncul kelegaan tersendiri
bagi saya, mirip dengan bercerita, begitu selesai bercerita, maka saya akan
merasakan kelegaan yang luar biasa.
Namun selayaknya juga orang
dengan sifat “M” yakni –Malas- dan –Menunda-, maka saya butuh trigger untuk
memaksa saya menulis ataupun bercerita.
Salah satunya dengan mengikuti
event ini, saya hanya tak ingin menyerah dengan mudah. Maka inilah sebuah kisah
yang sudah saya buat versi youtube-nya.
Rahman yang Dermawan
Assalamu’alaikum wa rohmatullohi wa baarokatuh
Ketemu lagi sama Kak Mora yang
akan berkisah tentang sifat RahmanNya Alloh.
Tahu gak adik-adik, ada seorang
anak kecil yang bernama Rahman. Rahman adalah anak laki-laki yang luar biasa,
setiap hari ia membantu ibunya dengan bersikap baik. Selesai bangun tidur ia
pergi berwudhu bahkan sholat Subuh sendiri, hebat bukan? Nah, kalian yang ada
di rumah hebat gak sih?
Pagi itu, Rahman sedang membantu
ibu menyiram bunga di depan rumah, sekalipun ia berusia 4 tahun, ia adalah anak
yang cerdas. Ia menyiram bunga dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba saja ia
melihat seorang kakek tua yang sedang duduk di bawah pohon di depan rumahnya.
Kakek tua itu terlihat lusuh adik-adik.
Rahman kemudian berkata kepada
ibunya, “Ibu..., Ibu..., bolehkah Rahman membantu orang tua itu?”
“Membantu siapa, Nak?”
“Itu, Rahman melihat seorang
kakek tua di jalan depan rumah kita....”
“Memangnya kamu mau apa Sayang?”
“Rahman ingin memberinya sedikit,
uang biar dia bisa membeli makanan, karena Ibu belum punya makanan kan?”
“Hehehe, Anak Solih, boleh! Tapi
uang siapa yang mau dikasih?”
“Oh, Rahman kan punya, uang yang
dikasih Ibu atau Nenek, atau siapapun yang Rahman simpan.
“Wah, Rahman memang luar biasa.
Silahkan Nak, apa butuh dibantu sama Ibu?”
“Oh, tidak! Terimakasih!”
“Baiklah, kalau begitu bisa
Rahman kasih sendiri?”
“Bisa dong, Bu!”
“Baik, Ibu lihat dari halaman
depan ya....””
“Siap”
Maka Rahman pun keluar ke halaman
depan sambil membawa beberapa lembar uang tabungan yang disimpannya. Kemudian
ia menyapa kakek tua tersebut.
“Assalamu’alaikum, Kakek! Ini
untukmu,” kata Rahman sambil menghulurkan lembaran uang tersebut.
Dengan terbatuk-batuk, kakek itu
berkata, “Waalaikumsalam, terimakasih, Nak.... ini untuk Kakek ya?”
“Iya, Kek!”
“Wah, terimakasih, semoga Alloh
melimpahkan keberkahan untukmu, namamu siapa Nak?”
“Rahman Kek!”
“Ya Alloh berikanlah Rahman
rahmat dan pertolonganmu di dunia dan akhirat, aamiiin....”
“Kakek terimakasih doanya, hati-hati
ya Kek. O iya, ini ada minuman untuk Kakek....”
“Terimakasih..., terimakasih....
sudah segera masuk, sekarang musimnya korona. Rahman harus nurut apa kata Ibu.”
“Oh, siap Kek!”
“Terimakasih anak baik....”
Rahman pun masuk kembali ke dalam
rumah. Ia tersenyum melihat senyum kakek tua yang sekarang sedang menikmati
rizki yang diberikan oleh Alloh melewati adik kecil kita yang bernama Rahman.
Nah, adik-adik yang ganteng dan
cantik yang ada di rumah. Luar biasa bukan sifat rahmanNya Alloh yang ditunjukkan
lewat adik kecil kita yang bernama Rahman.
Terimakasih ya, sampai jumpa
dilain kesempatan, dan wassalamu’alaikum wa rohmatullohi wa baarokatuh.
Di Hari ke-5 saya sakit, memegang
laptop untuk mengetik itu rasanya sebuah siksaan tersendiri, maka saya pun
mulai melirik tumpukan audio cerita yang telah saya rekam untuk bahan kisah,
ataupun untuk membuat konten youtube. Maka lahirlah tulisan ini, sekali lagi
agar saya tak menyerah dengan mudah.
Terimakasih FLP, sudah memaksa
saya untuk kembali menulis memenuhi tantangan yang seharusnya diselesaikan, 17
hari ke depan (KakMora79).
Tetap semangat, semoga tulisan
kali ini tetap bermanfaat, Alfatihah....
#inspirasiramadan #dirumahsaja
#flpsurabaya #kakmoraberkisah
0 Komentar