Sumber gambar : pinterest

Alloh tak pernah salah menitipkan amanah, maka saat melihat padatnya amanah teman-teman di Ramadhan istimewa kali ini membuat saya melantunkan rasa syukur. Memang yang paling pantas menyandang amanah adalah mereka. Saya masih harus berusaha memantaskan diri lagi tanpa perlu merasa minder ataupun jumawa.

Melihat teman-teman terus berkiprah dengan dakwah kisahnya, melihat seliweran fliyer yang menunjukkan betapa teduh dan bercahayanya mereka, masyaalloh tabaarokalloh….

Sungguh mereka adalah manusia-manusia akhir zaman yang terus mengisi dada mereka dengan Al-Qur’an. Namun tiba-tiba saja mata saya tertumbuk pada sebuah foto yang menceritakan bagaimana dakwah kisah kami berawal. Saya terpana, saat mengingat awal perjalanan PPMI Malang Raya yang juga dimulai di Bulan Ramadhan 2013, tepatnya Sabtu tanggal 27 Juli 2013 atau 17 Ramadan 1434 H.

Peristiwa penting perjalanan dakwah kisah di Malang Raya dimulai. Kami ber-7 saat itu, mendeklarasikan keberadaan PPMI Malang Raya dengan nebeng acara AKSI SDPQ Qurrota A’yun yang digelar di halaman Masjid Al-Ihsan Gadang. Dihadiri oleh Kak Rahmat Junaedi selaku Presiden PPMI saat itu. Secara resmi keberadaan PPMI Malang Raya diakui oleh PPMI pusat yang kepengurusannya ada di Yogyakarta.

Sungguh, sebuah perjalanan yang tak mudah, kami yang diajari terus berhijrah karena membawa nama PPMI, menjadi orang-orang yang lebih baik dari sebelumnya, menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi sesama.

Awal perjumpaan dengan para personil yang alhamdulillah sampai saat ini masih solid keberadaan dan kebersamaannya. Halo Kak Ninik, Kak Silmi, Kak Wulan, Kak Lia, apa kabarnya Njenengan semua?

Semoga senantiasa diberikan keimanan, keteguhan dalam mengaji dan mengkaji Alquran. 

Menjadi istimewa karena tahun ini tahun ke-8 PPMI Malang Raya ada. Dan semakin istimewa karena kami bercerita online dari rumah dengan ragam media yang demikian canggih adanya. Masyaallah Tabaarokalloh....

Berkisah itu akan menyenangkan bila langsung berhadapan dengan audiens, kita bisa langsung menakar apakah kisah yang kita sampaikan menari melalui gelagat mereka saat mendengarkan kisah Kita.

Apakah audiens menyimak, apakah interaksi kita berkesan, ataukah kita menakutkan?

Seperti saat Rosululloh menerima wahyu pertama,  keheningan yang luar biasa dalam keadaan beliau yang sedang berkhalwat. Tiba-tiba muncul cahaya yang sangat terang yang ternyata Malaikat Jibril yang memerintahkannya membaca.

Belum lengkap rasa kagetnya karena Muhammad adalah manusia yang ummiy (buta huruf), Jibril memintanya kembali untuk membaca. Muhammad kembali menyatakan ketidakmampuannya. Jibril memeluknya, memberikan kenyamanan dan persahabatannya, dan kemudian meminta Muhammad membaca atas nama Tuhannya yang menciptakan. 

Dengan terbata Muhammad mengikutinya, dan terpatri betul didadanya ayat alquran yang mengubah seluruh kehidupannya selanjutnya. 

Muhammad yang ummiy diajari membaca ayat-ayat yang menjadi pijakan seluruh umat manusia dalam mengenal diri dan Tuhannya.

 (QS. al-Alaq, 96:1-5)

(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam (pena); (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Titik balik Muhammad menjadi Nabi Alloh dan mendapatkan begitu banyak pengajaran yang akan membekalinya berjuang di medan dakwah yang sangat berat.

Belajar dari Beliau, maka keluarga adalah penopang utama bagi mesin dakwah beliau dalam proses mengislamkan para sahabat dan keluarganya. 

Bersyukurlah kita yang diberikan warisan iman dan Islam, namun keyakinan akan kebenarannya akan dikembalikan kepada masing-masing kita dalam menyikapi Alquran. 

Selamat Nuzulul Quran, semoga kita senantiasa mampu mengaji dan mengkaji Alquran, mengambil keteladanan dalam ayat-ayat yang sesuai dengan kejadian hidup kita, agar kita mampu menjawab tantangan zaman. Lahumul Fatihah....

Terimakasih FLP (KakMora79).

#Inspirasiramadan #dirumahsaha #flpsurabaya