Alhamdulillah, akhirnya bisa tayang juga meskipun wawancara ini sudah mengeram lama di laptop dan belum terjahit sempurna karena asam lambung saya protes dengan tiba-tiba. Bisa saja saya paksa tayang, tapi rasanya akan menjadi berdosa karena ia terlahir tanpa saya mengenali tulisan apa yang sudah saya jahit dengan penuh cinta. Hehehe….

Apa kabarnya teman-teman? Ramadan hari ke-18 di 1442 H, Senin yang mengesankan karena akan ada tulisan sosok guru RA inspiratif versi saya kembali hari ini. Eh, Njenengan semua rindu tulisan saya, kah? Semoga saja demikian.

Baiklah, kita mulai saja…. 

Saya mengenal beliau bahkan sebelum saya terjun menjadi guru RA. Pertengahan tahun 2004 waktu saya masih menjadi guru kelompok bermain, saya sering bersua beliau saat mengikuti beberapa workshop di Kota Malang. Bisik-bisik diantara teman ada yang bilang, “Itu petingginya IGRA Kabupaten Malang….”

WOW! Orangnya humble, sangat enerjik dan selalu penuh semangat. Nah, yang membuat saya kian terpana adalah, “Rumahnya di Kasembon lho….”

Kasembon? Ingatan saya langsung melayang ke Jombang, secara hampir tiap minggu tahun 1997 sampai 2000 saya sambang adek yang mondok di Tebuireng. Jauh banget Kasembon….

Kemudian 2006 saya resmi bergabung di RA, namun masih belum berani menyapa beliau hingga kesempatan saya juara 1 Mendongeng Tingkat Kabupaten Malang di Tahun 2008. Maju ke Propinsi di Tahun yang sama, saya dalam kondisi sakit juga waktu itu, saat saya tampil beliau duduk di barisan supporter. Applaus yang paling meriah, tapi agaknya belum waktunya juara tingkat Jatim. Saya kalah pemirsa!

Namun, beliau memanggil saya kisaran tahun 2010 waktu beliau menjadi guru di MIN Druju, Bulan April dalam rangka hari Kartini, saya diundang sebagai salah satu pengisi acara. Debut pertama saya sebagai pendongeng keliling dibuka. Maturnuwun ngge Bund!

Nah, sudah tahu kan teman-teman siapa yang hendak saya ceritakan kali ini sebagai sosok inspiratif guru RA?

Seratusss!!!

Beliau adalah Bu Fat, Pembesar IGRA yang besar hatinya. Masyaalloh Tabaarokalloh….

Memiliki nama lengkap Siti Fatimah, dilahirkan ke dunia dari pasangan Ibu Rokayah dan Bpk. M. Kandar pada tanggal lahir 29 Agustus 1969

Terlahir sebagai Sulung dari 4 bersaudara menjadikan beliau memiliki sifat kepemimpinan yang menonjol sejak kecil. Secara beliau harus momong ketiga adiknya. Pembelajaran masa kecil yang sangat membekas hingga beliau dewasa.

Beliau lulusan S1 di jurusan bahasa Indonesia IKIP Budi Utomo tahun 2000, dan 2019 lulus studi S2 di jurusan PLS UM Malang.

Pada tahun 1992 dipersunting oleh seorang laki-laki bernama Arif Jailani dan dikaruniai tiga orang putri, yakni:

Dokumen Pribadi Bu Fat

1)      Mbak Arfyanti Fajrin yang kuliah lulusan dari jurusan kimia Alhamdulillah sekarang sudah bekerja di Surabaya,

2)      Mbak Maulidya Hasanah sedang menempuh S1 jurusan tarbiyah di UIN Maliki maulanaa Malik Ibrahim Malang, dan

3)      Mbak Hidayatul Fadila yang saat ini sedang menempuh studi di MAN Malang 1 kelas 12.

Memiliki motto hidup Bermanfaat bagi orang lain dimanapun berada. Tebarkan kebaikan dan kebahagiaan bagi sesama.

Agaknya orang-orang hebat selalu siap menebar kebaikan ya teman-teman?

Awal mula menjadi guru RA di tahun 1988, pada saat itu beliau baru lulus dari SPG dan belum menerima ijazah, sudah ditawari oleh Ibu Ketua Yayasan lembaga Ma'arif untuk mengajar di RA Muslimat NU 8 Kota Malang. Motivasi beliau untuk mengajar di sana karena RA tersebut merupakan lembaga baru dan di sekitarnya belum ada lembaga PAUD yang bernuansa Islam, sementara anak-anak usia anak PAUD di sekitar daerah itu tidak ada yang bersekolah sama sekali. Mereka bermain dengan bebasnya karena ibu dan ayahnya pergi ke pasar. Beliau pun tergerak hatinya untuk berjuang Bersama mendirikan RA untuk mencerdaskan anak bangsa.

Beliau mengajar di RA Muslimat NU 8 Kota Malang mulai tahun 1988 sampai 1993 (5 tahun) setelah itu karena harus mengikuti suami dinas di Kasembon maka beliau pindah dari RA Muslimat NU 8 Kota Malang ke Kasembon, yang alhamdulillahnya beliau juga diminta untuk mengajar di RA Al-Ikhlas sampai sekarang. 1993-2020 (27 tahun menjadi orang Kasembon), jadi kalau ditotal beliau memiliki 32 tahun pengabdian sebagai guru RA. Sangat mumpuni memang untuk menjadi pembesar.

Dukungan keluarga baik dari suami maupun dari anak-anak sangat bagus karena beliau punya prinsip dalam berorganisasi Ridho suami dan keluarga merupakan kunci sukses dalam perjuangan beliau beraktivitas di sebuah organisasi

Pengalaman yang sangat berharga banyak sekali ungkap beliau. Diawali di tahun 1988 itu karena mengajar di sebuah lembaga baru dengan keterbatasan sarana dan prasarana, guru-guru harus mengecat sendiri sebuah pintu dan membuat sendiri rak gantungan tas anak-anak, menjadi sangat mengesankan karena merupakan hasil karya yang tiada taranya.

Pengalaman yang kedua yaitu di saat beliau harus mengikuti suami Ke Kasembon, dan beliau mengajar di RA Al-Ikhlas. Sebuah daerah di pedalaman Kabupaten Malang, karena sehabis dari kota Malang harus melewati beberapa berapa daerah hutan seperti di daerah Pujon dan Ngantang. Namun Alhamdulillah setelah sampai di Kasembon ada kesan tersendiri yang sangat menarik. RA Al Ikhlas adalah sebuah lembaga kecil yang sangat butuh kepedulian dari beliau dan tim selaku guru untuk berkreasi dan berinovasi karena daerah tersebut merupakan daerah perbatasan yang sangat minim sekali baik sarana prasarana maupun fasilitas yang lain.

Dalam perjalanan panjang beliau menjadi guru RA tahun 2009 beliau diberi rezeki oleh Allah diangkat sebagai PNS yang mempunyai kewajiban untuk mengajar di sebuah lembaga Negeri yaitu di MI di daerah Rejo sumbermanjing Wetan. Namun hal itu tidak menyurutkan perjuangan beliau untuk tetap mengabdi di Raudhatul Athfal. Jadi, hari Senin sampai Jumat beliau mengajar di MIN Druju Sumbermanjing Wetan, dan pada hari Sabtu tetap mengajar RA Al Ikhlas Kasembon. Yang membuat kita berdecak kagum dengan kebesaran hati beliau serta tekad beliau yang besar adalah beliau menempuh perjalanan Kasembon Druju setiap hari.

Kebayang jauhnya kan teman-teman. Dan beliau tak mengeluh sama sekali, bahkan selalu enerjik setiap kali berjumpa beliau dalam banyak kegiatan IGRA Kabupaten. U w o w !!!

Pulang Pergi Kasembon Druju setiap hari selama kurang lebih satu setengah tahun membutuhkan tekad yang besar bukan? Tanpa itu saya yakin beliau akan menyerah.

Namun beliau tetap mengucapkan alhamdulillah karena tetap memiliki kesempatan di hari Sabtu untuk mencurahkan perhatian dan kerinduan beliau kepada anak-anak yang selama ini sudah bersama-sama bermain belajar di RA Al Ikhlas.

Jika ditanya alasannya kenapa? Bukankah lebih enak rebahan saja saat libur Sabtu-Minggu? Beliau menyampaikan bahwa mengajar di Raudhatul Athfal sudah merupakan jiwa dan raganya sejak beliau dididik menjadi guru. Sebuah kebahagiaan tersendiri bisa melihat keceriaan anak-anak dan hebatnya hal itu menghilangkan rasa lelah penat beliau selama satu minggu perjalanan PP Kasembon Druju.

Kesan yang sangat berharga yang kedua saat beliau berhijrah dari Malang ke Kasembon, titik awal perjuangan beliau untuk berorganisasi di IGRA.

Sebagai pendatang beliau ditunjuk sebagai Ketua PC Kecamatan Kasembon, dari situlah beliau mengawali pengabdian di organisasi IGRA sejak tahun 1995.

Dokumen IGRA Kabupaten Malang

Nah, sekali lagi hal penting yang perlu dicatat dan digarisbawahi adalah, aktivitas berorganisasi beliau di IGRA sudah mendapat ridho dari suami beliau. Dan pengabdian beliau berkelanjutan dengan menjadi pengurus daerah IGRA Kabupaten Malang dengan berkiprah sebagai bendahara mulai tahun 1998 sampai tahun 2016.

Jiwa keorganisasian beliau tidak mengijinkan hanya berhenti di tingkat Kabupaten saja. Alhamdulillah tahun  2006 sampai 2011 beliau mendapat amanah untuk menjadi seksi pendidikan IGRA di provinsi Jawa Timur dan berlanjut pada tahun 2011 sampai 2016 oleh Allah diberi amanah untuk menjadi ketua PW IGRA Provinsi Jawa Timur bersamaan dengan itu pula koorganisasian saya menjadi pengurus PP IGRA 2013-2018. 

Dokumen IGRA Kabupaten Malang

Masyaallah segudang ya kesibukan beliau? Psst.... Padahal beliau tak mengendarai mobil atau motor sendiri. Kok bisa ya tidak menjadi alasan untuk berhenti saja? Ups!

Nah, kalau bicara segudang kesibukan dan suka duka beliau dalam berorganisasi mulai dari menjadi PC, PD, PW, dan sampai menjadi PP sangat banyak sekali. Mulai dari bertemu dengan berbagai macam orang dengan berbagai macam karakter  dan latar budaya yang berbeda, tantangannya adalah beliau harus tetap bisa melayani teman-teman dengan tulus.

Tulus! Catat baik-baik ya, Tulus!

Dokumen IGRA Kabupaten Malang

Saat ditanya pengalaman yang sangat menarik selama berorganisasi apa bagi beliau? Maka beliau bercerita bahwa suatu saat beliau sharing ilmu dengan teman-teman yang berada di Sumenep dan harus pulang malam hari sekitar pukul 21.00 malam. Maka sampai Terminal Bungurasih pukul 24.00 malam. Beliau masih harus melanjutkan perjalanan ke Jombang dengan naik bis sampai Jombang pukul 03.00 pagi, namun saat itu bis yang jurusan ke Malang tidak berangkat. Sungguh Alloh maha baik akan menolong orang baik, dari Jombang ada seorang yang baik hati membersamai beliau naik pick up sampai turun di daerah Kasembon tepat pukul 04.00 pagi.

Perjalanan beliau berorganisasi selalu didampingi oleh sopir-sopir yang setia mulai dari sopir mikrolet, bis, masinis, dan pilot. Semuanya itu tidak menghalangi dan menjadi rintangan bagi beliau untuk tetap eksis dalam organisasi, apalagi untuk berbagi ilmu dan menimba ilmu di mana pun berada.

Ada lagi pengalaman yang sangat berharga bagi beliau yang memberi pelajaran bahwa manusia tidak boleh minder atau rendah diri. Hal itu terjadi saat beliau ditawari oleh Ketua Prodi UINSA untuk Sharing ilmu ke-PAUD-an kepada dosen-dosen UINSA yang akan mengisi PLPG bagi guru-guru RA.

Sebelumnya beliau merasa tidak PeDe namun dengan dorongan suami bahwa InsyaAllah Allah akan memberikan kemudahan, maka beliau memantapkan diri berangkat berbagi manfaat. Alhamdulillah sedikit yang beliau sharing-kan bisa bermanfaat bagi teman-teman RA secara menyeluruh. Masyaallah Tabaarokalloh....

Karya yang beliau miliki tidak banyak katanya, padahal kalau kita cermati sudah banyak sekali di sepanjang perjalanan beliau mengawal Pendidikan Anak Usia Dini khususnya RA dari awal terjun hingga saat ini. Namun beliau hanya mengingat pernah menjadi Juara 2 Lomba Bercerita dengan panggung sandiwara boneka tingkat Kabupaten Malang insya Allah tahun 2000-an.

Pesan yang ingin beliau sampaikan kepada teman-teman semuanya bahwa keterbatasan seseorang tidak menjadikan kendala untuk bisa berbagi, berorganisasi dan berkreasi, kita semua mampu, kita semua bisa untuk menjadi yang terbaik khususnya untuk anak didik kita secara umum untuk teman-teman IGRA semuanya.

Tuh, kan! Pasti teman-teman menarik nafas panjang sambil melihat ke diri masing-masing, apa yang bisa kita lakukan untuk merawat dan memajukan IGRA di Masa Depan.

Kalau beliau saja dengan kendaraan umum bisa menebarkan manfaat yang luar biasa, kita?

Yuk yuk yuk menebar manfaat sesuai kemampuan kita. Terimakasih bunda untuk inspirasinya. Terimakasih buat para pembaca setia, sampai jumpa di tulisan berikutnya. 

#Inspirasiramadan #dirumahsaja #flpsurabaya